Program BioCarbon Fund plus-Initiative for Sustainable Forest Lanscape (BioCF ISFL) merupakan program yang mendanai proyek Jambi Sustainable Landscape Management Project (J-SLMP). BioCF ISFL difasilitasi oleh dana multilateral dan didukung sepenuhnya oleh negara donor seperti Jerman, Norwegia, Swiss, Inggris dan Amerika yang dikelola oleh World Bank.
Program BioCF IFSL menargetkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 14 juta MtonCO2e hingga 2026 mendatang di Provinsi Jambi. Target ini akan diimplementasikan melalui perbaikan tata kelola hutan dan lahan mulai kebijakan, rencana tata ruang, hingga pemantauan yang akuntabel serta penguatan keterlibatan sektor swasta dan masyarakat dalam pengelolaan lanskap yang berkelanjutan.
Terdapat tiga fase dalam implementasi J-SLMP, yaitu fase Persiapan (2019 – Desember 2020), fase Pre-Investment (direncanakan Juli 2020 – 2025) dan fase Result Based Payment (> 2030). Sampai saat ini, program tersebut memasuki fase Pre-Investment yang diharapkan dari kegiatan ini dapat berkontribusi dalam pencapaian target penurunan emisi.
Open Climate Change Financing in Indonesia (OCFI), konsorsium yang terdiri dari Media Lintas Komunitas (MediaLink), Indonesia Budget Center (IBC), dan Indonesia Governance Insight (IGI), mendorong Pemprov Jambi agar meningkatkan tata kelola program BioCF ISFL.
Peneliti OCFI Rahmat Lahangi mengatakan, Pemprov Jambi perlu meningkatkan tata kelola BioCF ISFL baik dari aspek transparansi, akuntabilitas, maupun integritas. Menurut Rahmat, secara umum tata kelola program tersebut belum baik.
“Perlunya meningkatkan implementasi prinsip transparansi, akuntabilitas dan integritas dalam program penanganan perubahan iklim di Provinsi Jambi melalui penerbitan kebijakan berupa peraturan daerah, peraturan gubernur dan peraturan lainnya yang mengatur tentang mekanisme transparansi dan akuntabilitas yang mudah dipahami masyarakat,” terang Rahmat dalam diskusi bertajuk “Tata Kelola Pendanaan Perubahan Iklim di Provinsi Jambi” di Jambi, 29 Januari 2023.
Rahmat menuturkan, Open Climate Change Financing in Indonesia (OCFI) telah melakukan penilaian Governance Assessment terhadap program BioCF ISFL di Jambi. Penilaian ini dilakukan berdasarkan 4 aspek dan 14 indikator, yakni aspek integritas (4 indikator), aspek akuntabilitas (4 indikator), aspek transparansi (3 indikator), dan aspek metode identifikasi kebijakan (3 indikator).
Pertama, aspek integritas. Penilaian governance assessment dari aspek integritas pada program BioCF ISFL Jambi penilaiannya “Baik” dengan skor 65. Meski demikian, tidak terdapat informasiyang menjelaskan bahwa Program BioCF telah memiliki kebijakan terkait kebijakananti fraud.
“Skornya (aspek integritas 65). Artinya, walaupun kategorinya baik kedepannya perlu ada perbaikan-perbaikan untuk memenuhi unsur good governance dalam dalam tata kelola program di aspek integritas,” kata Rahmat.
Penilaian governance assessment dari aspek akuntabilitas pada program BioCF ISFL Jambi, penilaiannya “Cukup” dengan skor 60. Menurut Rahmat, hal ini salah satunya dipengaruhi lantaran tidak terdapat informasi yang menjelaskan bahwa program BioCF telah memiliki kebijakan untuk meminta banding/penjelasan atas keputusan Dewan Pengambil Keputusan Tertinggi.
“Kami memberikan skor 60 dan penilaiannya cukup karena instrumen kami menemukan beberapa dokumen atau informasi yang kami peroleh tidak terverifikasi sumbernya sehingga dalam aspek akuntabilitas ini perlu juga dilakukan perbaikan-perbaikan,” jelas dia.
Rahmat melanjutkan, penilaian governance assessment dari aspek transparansi pada program BioCF ISFL Jambi, penilaiannya “Baik” dengan skor 70. Kendati demikian, Rahmat tidak menemukan informasi yang menjelaskan bahwa program BioCF telah mengungkapkan laporan keuangan program
Sementara aspek metode identifikasi kebijakan, penilaiannya “Baik” dengan skor 67. “Catatannya, kami tidak dapat memverifikasi terkait persyaratan mengkaji ulang tentang keputusan yang telah diambil,” tegas Rahmat.
Sekretariat BioCF ISFL Jambi tidak menampik hasil riset OCFI. Sekretariat BioCF ISFL mengaku bahwa tata kelola BioCF ISFL memang belum sesuai harapan pihaknya.
Konsultan Individu BioCF ISFL Jaya Nofyandri mengungkapkan, beberapa indikator governance assessment yang tidak terpenuhi lantaran pihaknya tidak bisa membuka data tersebut secara keseluruhan.
“Karena ada batasan-batasan yang kami jaga, informasi yang berkaitan dengan program BioCF ini bisa diakses lewat perda APBD-nya,” jelas Jaya
Soal laporan keuangan misalnya, Jaya mengatakan progres dan teknis kegiatan bisa dilihat di website resmi BioCF ISFL. “Untuk tahun berikutnya datanya masih dalam proses perampungan, setelah itu kami akan publikasikan,” jelas dia.
Menurut Jaya, implementasi BioCF ISFL di level program sebenarnya sudah transparan. Pasalnya, pihaknya sudah update assessment 300 desa terkait BioCF ISFL di Propinsi Jambi.
“Soal publikasi memang kami belum punya media khusus yang bisa mem-publish laporan, dokumen dan lain sebagainya yang bisa diakses oleh publik dan mudah-mudahan website itu tahun ini sudah bisa dimaksimalkan untuk memenuhi aspek transparasi,” tandas Jaya.